Dalam menyeleksi tentara yang tangguh, tidak semudah yang kita bayangkan. Karena seluruh pasukan khusus di dunia dinilai kinerjanya dengan parameter dari berbagai pengamat militer dan ahli sejarah dunia.
Nah, Kopassus ternyata mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Termasuk di dalamnya bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, gerilya, daya tahan, membuat perangkap, dan lain-lain.
Meskipun tidak bergantung kepada persenjataan yang mutakhir, akan tetapi Kopassus memiliki skill atau keahlian. Konon, skill atau keahlian satu orang anggota Kopassus sama dengan lima orang tentara biasa. Dan hal ini yang menyebabkan Kopassus ditakuti oleh pasukan dari negara lain. Tidak seperti Amerika yang selalu mengandalkan persenjataan dengan tekhnologi mutakhirnya.
Beberapa waktu yang silam, embargo senjata membuat Kopassus harus mencari alternatife senjata lain. Meski sebenarnya mereka sudah mempunyai beberapa senjata seperti MP5, HK, AK47, Steyr AUG dan lain sebagainya.
Opss, tapi tunggu dulu! Bukan senjata itu yang SWATT-Online Bahas kali ini, melainkan senjata SS1 (Senapan Serbu 1) buatan PT. Pindad Indonesia.
Dari sejarahnya SS1 dibeli lisensinya dari Belgia yang bernama Fabrique Nationale (FN). Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4.01 kg.
SS1 juga dikenal akan akurasinya yang tinggi bila dibandingkan dengan M16 buatan Amerika dan AK47 buatan Rusia, namun daya tahannya masih dibawah AK47 dan di atas M16.
Meski sudah berumur puluhan tahun, tapi sampai sekarang kegunaannya masih bisa dihandalkan. Bahkan di tubuh TNI masih bercokol SS1 sebagai Senjata standart pasukannya.
Medan pertempuran di Aceh, Timor timur dan Papua sudah cukup membuktikan tentang kemampuan SS1 di lapangan sebenarnya. Dan tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa SS1 larasnya mudah sekali melengkung atau bengkok bila senjata di tembakkan secara terus menerus. Karena kenyataan di lapangan tidak ada bahkan tidak pernah ditemukan fakta-fakta yang mendukung ungkapan dan isu tersebut. Padahal Pindad akan merasa senang sekali bila ada yang melaporkan setiap ketidakberesan yang dialami SS1 ciptaannya tersebut, karena bisa digunakan sebagai penelitian ulang dan memperbaiki kualitasnya agar lebih bagus.
Seiring dengan kebutuhan pasukan yang begitu kompleks, SS-1 di modofikasi menjadi SS-2000 (SS3-v1).
Di mana awalnya SS-1 terasa terlalu panjang bagi prajurit Kopassus yang membutuhkan senjata berukuran ringkas untuk operasi-operasi khusus. Oleh karena itu, SS-1 di modifikasi menjadi format bullpup (mekanisme senjata di belakang pelatuk -red). Tujuannya adalah agar ukuran menjadi ringkas tapi jarak tembak setara SS-1 standar.
Dan berikut spesifikasi SS-2000 yang merupakan gabungan dari beberapa senjata yang sudah ada :
1. Setiap sistem operasi mengadopsi sistem gas piston milik AK 47 serta pendahulunya SS1, SS2, FN Fal, FN Fnc, Steyr AUG yang sudah terbukti kehandalannya.
2. Dengan layout bullpup di mana pasokan amunisi berada di belakang triger group/pelatuk, sosok senapan dapat dipangkas sampai 25 % tanpa mengurangi performa balistik. Sosok senjata yang ringkas sangat mendukung dalam skenario PJD/ pertempuran jarak dekat (close quarter battle); sesuai digunakan dalam operasi antiteror yang kerap terjadi di dalam bangunan/gedung yang memiliki ruang gerak sempit. Keuntungan lain adalah sosok senapan yg ringkas menyesuaikan dengan postur tubuh rata-rata orang Asia.
3. Dari segi receiver/bodi senjata, 70% material SS3 dibuat dengan bahan high resistant impact polymer ala Steyr AUG yang ringan namun kuat. Dari segi design, receiver tempat maknisme dan masuknya magazine, handguard, dan pistol grip masih setia menganut model SS2.
4. Selain itu, senjata ini dilengkapi dengan picatiny rail yang dipasang secara kuadrupel (4 sisi); atas, kanan, kiri, serta di bawah handguard, sehingga menawarkan akomodasi penggunaan optik dan aksesori pendukung yang fleksibel; ex: pemasangan front grip pada SS3 V1 untuk mempermudah akuisisi target ataupun bipod seperti varian SS3 V4 Sharpshooter.
5. Sistem bidik bawaan standar masih memakai model pisir pejera berbentuk carrying handle milik SS2. Khusus pejera, dapat dilipat ke bawah dan menyatu dengan tabung gas saat tidak digunakan. Berkat adannya picatiny rail, operator dapat menggantinya dengan optik sesuai dengan tuntutan operasi/kebutuhan (SS3 V3 CQB yang dipasangkan dengan optik Meprolight M21 buatan Israel/ SS3 V4 sharpshooter dengan optik lansiran Pindad).
6. Cocking handle/tuas pengokang berada di atas handguard pada kesua sisi senjata sehingga memudahkan operator, terutama operator kidal untuk mengokang senjata.
7. Ejection port/lubang keluarnya selongsong peluru dibuat pada kedua sisi. Sekali lagi untuk menghindarkan operator kidal dari lontaran selongsong panas. Sama dengan sistem yang dianut Steyr AUG, operator cukup memasang left bolt assembly dan menutup ejection port yang kiri sehingga selongsong keluar lewat kanan.
8. Fire selector/tuas pilih mode tembakan juga dibuat ambidextrous/dibuat pada kedua sis
9. Semua varian SS3 dapat dipasangkan dengan bayonet bawaan SS1, SS2, maupun M16 (bayonet m7) sehingga masih bisa digunakan dalam hand to hand combat. Selain itu, model bayonet yang sama akan mempermudah urusan logistik TNI nantinya.
10. Untuk menambah daya pukul, varian SS3 V1 dan V3 dapat dipasangi pelontar granat baik itu SPG 1 (senapan pelontar granat standar TNI buatan Pindad) maupun SPG 2 (model senapan pelontar granat untuk FN F 2000). Sebagai pembidik, kedua varian diatas dilengkapi dengan leaf dan quadrant sight yang menjamin akurasi sampai 400m.
11. Khusus pada varian SS3 V4 sharpshooter, laras senapan memiliki profil heavy barrel untuk menjamin daya tahan laras saat sustained fire (rentetan panjang) sekaligus akurasi pada jarak jauh. Dapat dilengkapi lightweight bipod untuk menstabilkan senjata. Sistem bidik standar dapat diganti dengan FN scope yg telah dimiliki oleh inventori TNI ataupun memasangkannya dengan optik buatan pindad lainnya.
12. Laras pada semua varian SS3 dipasang dengan teknik free floating barrel sehingga menjamin akurasi sejak pertama kali senjata ditembakkan.
Spesifikasi SS3:
Negara asal : Indonesia
Kaliber : 5,56 x 45 mm NATO/MU5 TJ Pindad
Kapasitas magazine : 30 peluru
Mekanisme : Gas operated, rotating bolt
Berat : 3,4 kg (loaded)
Rate of fire : 750 rpm
Jarak efektif : s/d 600 m (SS 3 V1 & V2), +1000 m (SS3 V4 Sharpshooter)
Sumber : swatt-online.com
Nah, Kopassus ternyata mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Termasuk di dalamnya bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, gerilya, daya tahan, membuat perangkap, dan lain-lain.
Meskipun tidak bergantung kepada persenjataan yang mutakhir, akan tetapi Kopassus memiliki skill atau keahlian. Konon, skill atau keahlian satu orang anggota Kopassus sama dengan lima orang tentara biasa. Dan hal ini yang menyebabkan Kopassus ditakuti oleh pasukan dari negara lain. Tidak seperti Amerika yang selalu mengandalkan persenjataan dengan tekhnologi mutakhirnya.
Beberapa waktu yang silam, embargo senjata membuat Kopassus harus mencari alternatife senjata lain. Meski sebenarnya mereka sudah mempunyai beberapa senjata seperti MP5, HK, AK47, Steyr AUG dan lain sebagainya.
Opss, tapi tunggu dulu! Bukan senjata itu yang SWATT-Online Bahas kali ini, melainkan senjata SS1 (Senapan Serbu 1) buatan PT. Pindad Indonesia.
Dari sejarahnya SS1 dibeli lisensinya dari Belgia yang bernama Fabrique Nationale (FN). Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4.01 kg.
SS1 juga dikenal akan akurasinya yang tinggi bila dibandingkan dengan M16 buatan Amerika dan AK47 buatan Rusia, namun daya tahannya masih dibawah AK47 dan di atas M16.
Meski sudah berumur puluhan tahun, tapi sampai sekarang kegunaannya masih bisa dihandalkan. Bahkan di tubuh TNI masih bercokol SS1 sebagai Senjata standart pasukannya.
Medan pertempuran di Aceh, Timor timur dan Papua sudah cukup membuktikan tentang kemampuan SS1 di lapangan sebenarnya. Dan tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa SS1 larasnya mudah sekali melengkung atau bengkok bila senjata di tembakkan secara terus menerus. Karena kenyataan di lapangan tidak ada bahkan tidak pernah ditemukan fakta-fakta yang mendukung ungkapan dan isu tersebut. Padahal Pindad akan merasa senang sekali bila ada yang melaporkan setiap ketidakberesan yang dialami SS1 ciptaannya tersebut, karena bisa digunakan sebagai penelitian ulang dan memperbaiki kualitasnya agar lebih bagus.
Seiring dengan kebutuhan pasukan yang begitu kompleks, SS-1 di modofikasi menjadi SS-2000 (SS3-v1).
Di mana awalnya SS-1 terasa terlalu panjang bagi prajurit Kopassus yang membutuhkan senjata berukuran ringkas untuk operasi-operasi khusus. Oleh karena itu, SS-1 di modifikasi menjadi format bullpup (mekanisme senjata di belakang pelatuk -red). Tujuannya adalah agar ukuran menjadi ringkas tapi jarak tembak setara SS-1 standar.
Dan berikut spesifikasi SS-2000 yang merupakan gabungan dari beberapa senjata yang sudah ada :
1. Setiap sistem operasi mengadopsi sistem gas piston milik AK 47 serta pendahulunya SS1, SS2, FN Fal, FN Fnc, Steyr AUG yang sudah terbukti kehandalannya.
2. Dengan layout bullpup di mana pasokan amunisi berada di belakang triger group/pelatuk, sosok senapan dapat dipangkas sampai 25 % tanpa mengurangi performa balistik. Sosok senjata yang ringkas sangat mendukung dalam skenario PJD/ pertempuran jarak dekat (close quarter battle); sesuai digunakan dalam operasi antiteror yang kerap terjadi di dalam bangunan/gedung yang memiliki ruang gerak sempit. Keuntungan lain adalah sosok senapan yg ringkas menyesuaikan dengan postur tubuh rata-rata orang Asia.
3. Dari segi receiver/bodi senjata, 70% material SS3 dibuat dengan bahan high resistant impact polymer ala Steyr AUG yang ringan namun kuat. Dari segi design, receiver tempat maknisme dan masuknya magazine, handguard, dan pistol grip masih setia menganut model SS2.
4. Selain itu, senjata ini dilengkapi dengan picatiny rail yang dipasang secara kuadrupel (4 sisi); atas, kanan, kiri, serta di bawah handguard, sehingga menawarkan akomodasi penggunaan optik dan aksesori pendukung yang fleksibel; ex: pemasangan front grip pada SS3 V1 untuk mempermudah akuisisi target ataupun bipod seperti varian SS3 V4 Sharpshooter.
5. Sistem bidik bawaan standar masih memakai model pisir pejera berbentuk carrying handle milik SS2. Khusus pejera, dapat dilipat ke bawah dan menyatu dengan tabung gas saat tidak digunakan. Berkat adannya picatiny rail, operator dapat menggantinya dengan optik sesuai dengan tuntutan operasi/kebutuhan (SS3 V3 CQB yang dipasangkan dengan optik Meprolight M21 buatan Israel/ SS3 V4 sharpshooter dengan optik lansiran Pindad).
6. Cocking handle/tuas pengokang berada di atas handguard pada kesua sisi senjata sehingga memudahkan operator, terutama operator kidal untuk mengokang senjata.
7. Ejection port/lubang keluarnya selongsong peluru dibuat pada kedua sisi. Sekali lagi untuk menghindarkan operator kidal dari lontaran selongsong panas. Sama dengan sistem yang dianut Steyr AUG, operator cukup memasang left bolt assembly dan menutup ejection port yang kiri sehingga selongsong keluar lewat kanan.
8. Fire selector/tuas pilih mode tembakan juga dibuat ambidextrous/dibuat pada kedua sis
9. Semua varian SS3 dapat dipasangkan dengan bayonet bawaan SS1, SS2, maupun M16 (bayonet m7) sehingga masih bisa digunakan dalam hand to hand combat. Selain itu, model bayonet yang sama akan mempermudah urusan logistik TNI nantinya.
10. Untuk menambah daya pukul, varian SS3 V1 dan V3 dapat dipasangi pelontar granat baik itu SPG 1 (senapan pelontar granat standar TNI buatan Pindad) maupun SPG 2 (model senapan pelontar granat untuk FN F 2000). Sebagai pembidik, kedua varian diatas dilengkapi dengan leaf dan quadrant sight yang menjamin akurasi sampai 400m.
11. Khusus pada varian SS3 V4 sharpshooter, laras senapan memiliki profil heavy barrel untuk menjamin daya tahan laras saat sustained fire (rentetan panjang) sekaligus akurasi pada jarak jauh. Dapat dilengkapi lightweight bipod untuk menstabilkan senjata. Sistem bidik standar dapat diganti dengan FN scope yg telah dimiliki oleh inventori TNI ataupun memasangkannya dengan optik buatan pindad lainnya.
12. Laras pada semua varian SS3 dipasang dengan teknik free floating barrel sehingga menjamin akurasi sejak pertama kali senjata ditembakkan.
Spesifikasi SS3:
Negara asal : Indonesia
Kaliber : 5,56 x 45 mm NATO/MU5 TJ Pindad
Kapasitas magazine : 30 peluru
Mekanisme : Gas operated, rotating bolt
Berat : 3,4 kg (loaded)
Rate of fire : 750 rpm
Jarak efektif : s/d 600 m (SS 3 V1 & V2), +1000 m (SS3 V4 Sharpshooter)
Sumber : swatt-online.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar