google ads

google search

Custom Search

Sabtu, 04 Februari 2012

Persenjataan Kopassus

Dalam menyeleksi tentara yang tangguh, tidak semudah yang kita bayangkan. Karena seluruh pasukan khusus di dunia dinilai kinerjanya dengan parameter dari berbagai pengamat militer dan ahli sejarah dunia.

Nah, Kopassus ternyata mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Termasuk di dalamnya bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, gerilya, daya tahan, membuat perangkap, dan lain-lain.

Meskipun tidak bergantung kepada persenjataan yang mutakhir, akan tetapi Kopassus memiliki skill atau keahlian. Konon, skill atau keahlian satu orang anggota Kopassus sama dengan lima orang tentara biasa. Dan hal ini yang menyebabkan Kopassus ditakuti oleh pasukan dari negara lain. Tidak seperti Amerika yang selalu mengandalkan persenjataan dengan tekhnologi mutakhirnya.

Beberapa waktu yang silam, embargo senjata membuat Kopassus harus mencari alternatife senjata lain. Meski sebenarnya mereka sudah mempunyai beberapa senjata seperti MP5, HK, AK47, Steyr AUG dan lain sebagainya.

Opss, tapi tunggu dulu! Bukan senjata itu yang SWATT-Online Bahas kali ini, melainkan senjata SS1 (Senapan Serbu 1) buatan PT. Pindad Indonesia.

Dari sejarahnya SS1 dibeli lisensinya dari Belgia yang bernama Fabrique Nationale (FN). Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4.01 kg.

SS1 juga dikenal akan akurasinya yang tinggi bila dibandingkan dengan M16 buatan Amerika dan AK47 buatan Rusia, namun daya tahannya masih dibawah AK47 dan di atas M16.

Meski sudah berumur puluhan tahun, tapi sampai sekarang kegunaannya masih bisa dihandalkan. Bahkan di tubuh TNI masih bercokol SS1 sebagai Senjata standart pasukannya.

Medan pertempuran di Aceh, Timor timur dan Papua sudah cukup membuktikan tentang kemampuan SS1 di lapangan sebenarnya. Dan tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa SS1 larasnya mudah sekali melengkung atau bengkok bila senjata di tembakkan secara terus menerus. Karena kenyataan di lapangan tidak ada bahkan tidak pernah ditemukan fakta-fakta yang mendukung ungkapan dan isu tersebut. Padahal Pindad akan merasa senang sekali bila ada yang melaporkan setiap ketidakberesan yang dialami SS1 ciptaannya tersebut, karena bisa digunakan sebagai penelitian ulang dan memperbaiki kualitasnya agar lebih bagus.




Seiring dengan kebutuhan pasukan yang begitu kompleks, SS-1 di modofikasi menjadi SS-2000 (SS3-v1).

Di mana awalnya SS-1 terasa terlalu panjang bagi prajurit Kopassus yang membutuhkan senjata berukuran ringkas untuk operasi-operasi khusus. Oleh karena itu, SS-1 di modifikasi menjadi format bullpup (mekanisme senjata di belakang pelatuk -red). Tujuannya adalah agar ukuran menjadi ringkas tapi jarak tembak setara SS-1 standar.

Dan berikut spesifikasi SS-2000 yang merupakan gabungan dari beberapa senjata yang sudah ada :


1. Setiap sistem operasi mengadopsi sistem gas piston milik AK 47 serta pendahulunya SS1, SS2, FN Fal, FN Fnc, Steyr AUG yang sudah terbukti kehandalannya.

2. Dengan layout bullpup di mana pasokan amunisi berada di belakang triger group/pelatuk, sosok senapan dapat dipangkas sampai 25 % tanpa mengurangi performa balistik. Sosok senjata yang ringkas sangat mendukung dalam skenario PJD/ pertempuran jarak dekat (close quarter battle); sesuai digunakan dalam operasi antiteror yang kerap terjadi di dalam bangunan/gedung yang memiliki ruang gerak sempit. Keuntungan lain adalah sosok senapan yg ringkas menyesuaikan dengan postur tubuh rata-rata orang Asia. 

3. Dari segi receiver/bodi senjata, 70% material SS3 dibuat dengan bahan high resistant impact polymer ala Steyr AUG yang ringan namun kuat. Dari segi design, receiver tempat maknisme dan masuknya magazine, handguard, dan pistol grip masih setia menganut model SS2.

4. Selain itu, senjata ini dilengkapi dengan picatiny rail yang dipasang secara kuadrupel (4 sisi); atas, kanan, kiri, serta di bawah handguard, sehingga menawarkan akomodasi penggunaan optik dan aksesori pendukung yang fleksibel; ex: pemasangan front grip pada SS3 V1 untuk mempermudah akuisisi target ataupun bipod seperti varian SS3 V4 Sharpshooter.

5. Sistem bidik bawaan standar masih memakai model pisir pejera berbentuk carrying handle milik SS2. Khusus pejera, dapat dilipat ke bawah dan menyatu dengan tabung gas saat tidak digunakan. Berkat adannya picatiny rail, operator dapat menggantinya dengan optik sesuai dengan tuntutan operasi/kebutuhan (SS3 V3 CQB yang dipasangkan dengan optik Meprolight M21 buatan Israel/ SS3 V4 sharpshooter dengan optik lansiran Pindad).

6. Cocking handle/tuas pengokang berada di atas handguard pada kesua sisi senjata sehingga memudahkan operator, terutama operator kidal untuk mengokang senjata.

7. Ejection port/lubang keluarnya selongsong peluru dibuat pada kedua sisi. Sekali lagi untuk menghindarkan operator kidal dari lontaran selongsong panas. Sama dengan sistem yang dianut Steyr AUG, operator cukup memasang left bolt assembly dan menutup ejection port yang kiri sehingga selongsong keluar lewat kanan.

8. Fire selector/tuas pilih mode tembakan juga dibuat ambidextrous/dibuat pada kedua sis

9. Semua varian SS3 dapat dipasangkan dengan bayonet bawaan SS1, SS2, maupun M16 (bayonet m7) sehingga masih bisa digunakan dalam hand to hand combat. Selain itu, model bayonet yang sama akan mempermudah urusan logistik TNI nantinya.

10. Untuk menambah daya pukul, varian SS3 V1 dan V3 dapat dipasangi pelontar granat baik itu SPG 1 (senapan pelontar granat standar TNI buatan Pindad) maupun SPG 2 (model senapan pelontar granat untuk FN F 2000). Sebagai pembidik, kedua varian diatas dilengkapi dengan leaf dan quadrant sight yang menjamin akurasi sampai 400m.

11. Khusus pada varian SS3 V4 sharpshooter, laras senapan memiliki profil heavy barrel untuk menjamin daya tahan laras saat sustained fire (rentetan panjang) sekaligus akurasi pada jarak jauh. Dapat dilengkapi lightweight bipod untuk menstabilkan senjata. Sistem bidik standar dapat diganti dengan FN scope yg telah dimiliki oleh inventori TNI ataupun memasangkannya dengan optik buatan pindad lainnya.

12. Laras pada semua varian SS3 dipasang dengan teknik free floating barrel sehingga menjamin akurasi sejak pertama kali senjata ditembakkan.

Spesifikasi SS3:

Negara asal : Indonesia

Kaliber : 5,56 x 45 mm NATO/MU5 TJ Pindad

Kapasitas magazine : 30 peluru

Mekanisme : Gas operated, rotating bolt

Berat : 3,4 kg (loaded)

Rate of fire : 750 rpm

Jarak efektif : s/d 600 m (SS 3 V1 & V2), +1000 m (SS3 V4 Sharpshooter)


Sumber : swatt-online.com

Kamis, 15 September 2011

top ten assult rifle

An assault rifle is a rifle used for combat where exchange of fire takes place over short distances (i.e. <300m) and is capable of selective fire, which is the ability to switch from single fire to semi automatic or automatic fire.
An assault rifle has the following characteristics:-
a)      It must have a buttstock for firing from the shoulder
b)      Must be capable of selective fire
c)      Must use a cartridge stronger than that of a pistol but less than one of a battle rifle.
d)      Must have a detachable magazine

1.AK-47 series of rifles AK-47
This is without question the most widely used and popular assault rifle in the world.  The AK-47 was developed by Mikhail Kalashnikov for the Soviet Army for the Soviet armed forces. It has a kickback gas action for ejecting the cartridge. The standard AK 47 fire a 7.62×39 mm cartridge has a muzzle velocity of 2300 ft\sec and a range of 1300 ft.

2. FN—SCAR

The SOF Combat Assault Rifle or SCAR-L of US and Belgium parentage was made primarily for the US Special Forces and fires a 5.56x45mm NATO cartridge. It has a rate of fire between 600-650 rounds per minute and an effective range of 500-600—meters.

3. Steyr AUG

The Steyr AUG is designed by Steyr Mannlicher GmbH & Co KG of Austria. The rifle features a two stage trigger and is fed from double column box magazines with a 30 round capacity It fires a 5.56x 45mm NATO cartridge, has a rate of fire of 680-850 rounds per minute, an effective range of 300m and is fed by a 30 or 42 round box magazine.

4. M-16

The M-16 is the standard rifle for the US armed forces.  The M-16 is a 5.56 calibers lightweight, air cooled, magazine fed, gas operated rifle with a rotating bolt driven by a direct impingement gas operation. The M-16 is effective within a range of 550m and a rate of fire of 700-950 rounds a minute.

5. M-4

The M-4 5.56mm assault is of US origin, it is produced by Colt Defense. It fires a 5.56x45mm NATO cartridge, has a gas operated rotating bolt action and has a rate of fire of 700-950 rounds per minute. It has an effective range of 300m.

6. Heckler & Koch HK-416

The HK 416 is an assault rifle manufactured by Heckler & Koch. It is of mixed German and American parentage.  It is the standard weapon for the American Delta Force. It has a rate of fire of 850 rounds per minute and fires a 5.56 x 45 NATO cartridge.

7. Barret REC7


The REC7 is of American origin and is manufactured by the Barret Firearms Company. The REC7 uses the new 6.8mm Remington RPC cartridge. It has a gas operated rotating bolt action and has a muzzle velocity of 2650 ft per second. It has an effective range of 600m and a cyclic fire rate of 750 rounds per minute.

8. FAMAS

The FAMAS  is manufactured I n France by the MAS located in Saint Etienne  It was designed by Paul Tellie  It has an effective range of 300m and a rate of fire of 1000 rounds per minute.


9. L85A2

This assault rifle is in the British Army frontline service… It is an Enfield rifle and.  Has a magazine capacity of 30 rounds, fires 650 rounds a minute and has an effective range 0f 500ms.


10. G36

The G36 is of German origin and is manufactured by Heckler &Koch  It fires a 5.56x45mm NATO cartridge, has got a gas operated rotating bolt action fires 750 rounds per minute and has an effective range of 600m

source :  top-10-list.org

Sabtu, 24 April 2010

Indonesia Perkenalkan Senjata SS2 di Malaysia

Kuala Lumpur (ANTARA News) - Indonesia memperkenalkan senapan serbu SS2 V1 dan SS2 V5 di arena "Defences Services Asia Exhibition and Conference 2010" di Kuala Lumpur, Kamis.

Perkenalan salah satu produk unggulan PT Pindad itu ditandai dengan penyerahan secara simbolis pucuk SS2 V5 dari Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro kepada Menteri Pertahanan Malaysia Dato Sri Zahid Hamidi.

"Senjata SS1 dan SS2 ini merupakan salah satu produk unggulan Indonesia yang diproduksi PT Pindad, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang telah dilakukan hampir 20 tahun diawali kerja sama bersama Belgia," kata Purnomo.

Ia menambahkan, produk persenjataan SS1 dan SS2 berbagai varian yang dihasilkan PT Pindad telah teruji keandalannya baik dalam operasi militer maupun dalam perlombaan menembak militer.

"SS2 Pindad telah terbukti berhasil mengungguli persenjataan-persenjataan lain sejenis," ujar Purnomo

Sementara itu, Direktur Utama PT Adik Avianto mengatakan, dengan perkenalan produk tersebut diharapkan dapat memantapkan pangsa pasar senapan serbu tersebut di kawasan ASEAN.

"Produk ini sudah terbukti unggul. Produk murni buatan Indonesia ini telah digunakan seluruh satuan TNI. Dan diharapkan setelah perkenalan dengan Malaysia, senapan serbu PT Pindad dapat menjadi senjata andalan yang digunakan negara tetangga," katanya.

Pada kesempatan itu, PT Pindad menyiapkan sepuluh pucuk senjata SS yakni SS2 V1 dan SS2 V5 masing-masing lima unit.

source : www.antaranews.com/berita/1271938010/indonesia-perkenalkan-senjata-ss2-di-malaysia

Senapan Serbu Produksi Indonesia Juara Dunia

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi mengungkapkan, senapan serbu produksi putra-putra bangsa Indonesia telah terbukti berhasil menunjukkan prestasi juara pada beberapa kejuaraan tingkat dunia.

"Yang jelas, demikian Fayakhun Andiradi, senapan serbu SS2-V1 V5 itu merupakan senjata buatan PT Pindad yang rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra bangsa indonesia," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan itu, sehubungan dengan adanya ketertarikan sejumlah negara tetangga atas senjata produksi Indonesia tersebut.

"Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga V5 yang diproduksi oleh PT Pindad di Bandung ini, dan kini sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga, terutama Malaysia yang menunjukkan minat besar untuk membelinya," katanya lagi.

Senapan serbu ini, menurutnya, berlaras panjang kaliber 5,56 mm yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam kejuaraan bertaraf internasional.

"Karena terbukti bisa membawa juara beberapa perutusan Indonesia, sehingga sejumlah negara tetangga tertarik membelinya," katanya lagi.

Fayakhun Andriadi atasnama rekan-rekannya di Komisi I DPR RI lalu mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan, agar menyetop impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tertentu yang sudah bisa direkayasa dan diproduksi di Indonesia.

"Khusus untuk peluru dan senapan berlaras pendek, yakni pistol, juga senapan berlaras panjang sejenis SS2, kita jangan lagi impor, lebih mengutamakan produksi dalam negeri, agar semakin mempercepat menuju swasembada Alutsista," ujarnya.

`Political will` Pemerintah RI, menurutnya, amat diperlukan untuk diwujudkonkretkan dalam `political action`, yakni di sektor kebijakan anggaran untuk mendukung percepatan menuju swasembada Alutsista secara bertahap.

"Kita harus bisa melakukannya dan jangan lagi terlalu bergantung kepada impor, sehingga kita tidak lagi selalu jadi korban kebijakan embargo sepihak dan lain-lain kebijakan yang merugikan kepentingan pertahanan nasional," tegas Fayakhun Andriadi.

source : http://www.antaranews.com/berita/1271949578/senapan-serbu-produksi-indonesia-juara-dunia

Sabtu, 17 April 2010

ss 2 pindad

SENAPAN SERBU 2 PINDAD

SS2, singkatan dari Senapan Serbu 2, adalah senapan serbu buatan PT Pindad yang, merupakan generasi kedua dari senapan serbu Pindad sebelumnya, SS1. SS2 diklaim memiliki desain yang lebih ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi, memiliki berat yang lebih ringan, serta akurasi yang lebih baik. Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 3,2 kg, sebagai catatan SS1 varian awal memiliki berat kosong 4,01 kg. Pada tahun 2006, TNI-AD membeli 10.000 pucuk senapan SS2. Variant dari SS2 Antara lain SS2 V1, SS2 V2, SS2 V4, SS2 V5

salah satu prestasi dari senjada buatan dalam negeri
  1. Juara Lomba Tembak AARM (ASEAN Armies Rifle Meet) yang ke-18 di Filipina
  2. Juara Lomba Tembak AARM ( ASEAN Armies Rifle Meet) yang ke-19 di Singapura
Sumber : http://world.guns.ru/assault/as99-e.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/SS2

Sabtu, 26 Juli 2008

FNC assault riffle

The FNC (Fabrique Nationale Carabine) is a 5.56 mm assault rifle developed by the Belgian arms manufacturer Fabrique Nationale (FN) of Herstal and introduced in 1979. The rifle’s design is based on the FNC 76 prototype, which itself traces back to the unsuccessful CAL rifle.
configurations: a standard rifle and short (carbine) length. The rifle variant called the “Standard” Model 2000 and the “Short” Model 7000 carbine come equipped with barrels with 6 right-hand grooves and a 178 mm (1:7 in) rifling twist rate (used to stabilize the heavier Belgian SS109 bullets), while the Model 0000 rifle and Model 6000 carbine – a slower, 305 mm (1:12 in) twist rate (used with the American lightweight M193 cartridges). Currently the FNC has been adopted by the armed forces of Belgium, Nigeria, Indonesia (the Model 2000 rifle and Model 7000 carbine, manufactured locally under license by the Indonesian firm PT Pindad as the SS1-V1 and SS1-V2), Sri Lanka and Sweden. The Swedish service rifle built by Bofors Ordnance (currently BAE Systems Bofors) is a modernized Model 2000 carbine that lacks the burst fire control setting. It was accepted into service in 1985 as the Ak 5 after extensive trials and replaced the 7.62 mm Ak 4 (locally produced copy of the Heckler & Koch G3). Sri Lanka was one of the first countries to adopt the complete system, converting from the 7.62 mm FN FAL to the 5.56mm FN FNC and the Minimi Squad support weapon, as far back as 1981. Bofors has produced several variants of the basic Ak 5: the Ak 5B (equipped with a British SUSAT 4x optical sight but no mechanical iron sights), the Ak 5C (a modular carbine variant designed for compatibility with various accessories), and the Ak 5D (a compact variant for vehicle crews).

The FNC is a selective fire weapon that uses a gas-driven piston operating system (with a long-stroke piston) and a rotary bolt equipped with two locking lugs that positively engage corresponding recesses in the barrel extension. The bolt is rotated and unlocked by the interaction of the bolt’s cam pin and a camming guide contained in the bolt carrier. The spring extractor is located inside the bolt head, the ejector is a fixed surface riveted to the receiver housing. The FNC uses a 2-position gas valve, a hammer-type striker and a trigger mechanism with a fire selector that is simultaneously the manual safety, securing the weapon from accidental discharge. The selector lever is located at the left side of the receiver and has 4 settings: “S” – weapon is safe, “1” – single fire mode, “3” – 3-round burst, “A” – continuous fire.

The rifle feeds from 30-round steel magazines that are interchangeable with magazines from the American M16 rifle (STANAG 4179 system). After the last round is fired from the magazine the action remains in its rear (open) position held by a bolt catch that can be released by pressing the bolt release button on the left side of the receiver.

The rifle has a flip-type L-shaped rear sight with two apertures with settings for 250 and 400 m (the front sight post can be adjusted for elevation, the rear sight – windage) and a plastic-coated, lightweight alloy tubular stock that folds to the right side of the receiver. Optionally, FN offers a synthetic (polyamide) fixed buttstock. The FNC can also be used to mount optics such as the Hensoldt FN4X through the use of an adaptor.

Standard equipment supplied with the FNC includes a spike bayonet or the American M7A1 blade bayonet (with the use of a lug attachment) and a sling. The rifle can be deployed with a barrel mounted bipod and blank-firing adaptor.

The FNC’s barrel features a flash hider that is also used to launch rifle grenades (only the standard rifle model has this capability). The gas block contains a gas valve setting that is used to isolate the gas system, providing an increased volume of propellant required to fire a rifle grenade. The sheet-metal gas valve switch when pulled upright, acts as a V-notch sight used for aiming the rifle grenades. The piston head and extension, as well as the gas port block, barrel bore and chamber, are hard-chrome plated.

Fabrique Nationale offers a semi-automatic only carbine version known as the Law Enforcement (Model 7030 with a 178 mm rifling twist and the Model 6040 – with a 305 mm twist rate). These single-fire carbines feature a 410 mm (16.1 in) barrel and are also capable of firing rifle grenades and mounting a bayonet.

source http://en.wikipedia.org/wiki/FN_FNC

Type Assault rifle
Place of origin Flag of Belgium Belgium
Service history
Used by See Users
Wars Anti-guerrilla operations in Indonesia, 2007 Lebanon conflict, Conflict in the Niger Delta
Production history
Designer Fabrique Nationale de Herstal
Designed 1976
Manufacturer Fabrique Nationale de Herstal, Bofors Ordnance, PT Pindad
Produced 1979-present
Specifications
Weight 3.840 kg (8.47 lb) (standard rifle)
3.7 kg (8.2 lb) (carbine)
Length 997 mm (39.3 in) stock extended / 766 mm (30.2 in) stock folded (rifle)
911 mm (35.9 in) stock extended / 667 mm (26.3 in) stock folded (carbine)
Barrel length 449 mm (17.7 in) (rifle)
363 mm (14.3 in) (carbine)
Width 70 mm (2.8 in) stock extended
75 mm (3.0 in) stock folded
Height 238 mm (9.4 in)

Cartridge 5.56x45mm NATO
Action Gas-operated, rotating bolt
Rate of fire Approx. 625-675 rounds/min
Muzzle velocity M193: 965 m/s (3,166 ft/s)
SS109: 925 m/s (3,034.8 ft/s)
Effective range 250 and 400 m sight adjustments
Maximum range 2,000 m
Feed system 30-round detachable box magazine (STANAG system)
Sights Rear flip aperture, front post
513 mm (20.2 in) sight radius (rifle)